Musikalisasi Ruhani
Tak perlu rekreasi kemana-mana. Karena di dalam rohani sudah bersemayam musik Ilahiah. Putarlah!
Musik perlu diapresiasi secara spiritual. Ketika rohani mengalami perjalanan dan perluasan, musik apapun bisa dinikmati dan apapun bisa dinikmati seperti musik. Kemana-mana mendendangkan Allah.
Ketika gerbang dibuka, menari-menarilah di cakrawala baru yang mengantar pada cinta yang tanpa batas. Musik menjadi perjalanan spiritual bagi para pecinta Ilahi, yang akan selalu menawarkan keindahan dan kebenaran lewat kata dan perbuatan. Membawa kemuliaan Ilahi di tengah-tengah kehidupan, rahmatan lil alamin.
Kemarahan hanya dibawa oleh diri keakuan yang kurang bermusik. Jangan biarkan ruhani seperti rumah yang tiada pintu, tiada jendela.
Mabuklah secara spiritual, mabuk yang selalu merindukan Ilahiah. Jangan mabuk yang murahan dengan minuman keras, obat-obatan, atau oplosan. Mabuk murahan hanya membebaskan persoalan sebentar setelah itu malah bertambah persoalan.
Jika yang dituju adalah Allah. Lalu pertanyaannya, selama ini yang kita tuju itu rahmatnya Allah? Atau yang kita tuju adalah Allah?
“Jangan berpangku tangan dan diam, ayo masuk ke dalam lingkaran para pecinta Ilahi.”
Lapangkan dada, nafas yang panjang. Wallahu'alam.
*Catatan Ngaji Rubaiyat Rumi bersama Kyai Kuswaidi Syafi’ie, Kamis 24 November 2016.
Category : catatan santri
SHARE THIS POST
Lapak MJS
- Sekar Macapat dalam Wacana dan Praktik
- Nisan Hamengkubuwanan: Artefak Makam Islam Abad XVIII-XIX di Yogyakarta dan Sekitarnya
- Lima Puluh Tahun: Meniti Jalan Kembali
- Buletin Bulanan MJS Edisi ke-9 Maret 2025 M
- Buku Terjemah Rasa II: Tentang Hidup, Kebersamaan, dan Kerinduan
- Buku Ngaji Pascakolonial